Makanan merupakan salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Makanan bukan sekadar kebutuhan biologis, tetapi juga bagian dari rezeki yang harus disyukuri dan dikelola dengan baik. Namun saat ini, pemborosan makanan telah menjadi fenomena yang semakin meningkat, baik dalam skala individu maupun global. Banyak orang membeli makanan dalam jumlah berlebihan, memasaknya tanpa perhitungan, dan akhirnya membuangnya begitu saja. Padahal, ada jutaan orang yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi.
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun, setara dengan sepertiga dari total makanan yang diproduksi secara global. Sementara lebih dari 820 juta orang di dunia tidur dalam keadaan lapar, sepertiga makanan yang diproduksi tidak pernah mencapai piring mereka.
Islam dengan tegas melarang pemborosan dan memberikan panduan agar umatnya selalu bersikap bijak dalam mengelola makanan. Allah memperingatkan manusia agar tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, termasuk dalam konsumsi makanan. Dalam firman-Nya: “Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Ayat ini memberikan petunjuk bahwa Islam tidak melarang umatnya menikmati makanan, tetapi melarang konsumsi yang berlebihan yang berujung pada pemborosan. Pemborosan dalam Islam disebut dengan istilah “israf”, yang berarti menggunakan sesuatu secara berlebihan tanpa manfaat yang jelas. Dalam ayat lain, Allah bahkan menyebut orang-orang yang boros sebagai saudara setan: “Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’: 27)
Dalam konteks makanan, pemborosan bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari mengambil porsi yang lebih banyak dari yang mampu dikonsumsi, membuang makanan yang masih layak, hingga membeli makanan hanya karena keinginan, bukan kebutuhan. Rasulullah ﷺ memberikan contoh bagaimana seorang Muslim seharusnya bersikap dalam hal makanan. Beliau tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menyukainya, beliau memakannya, dan jika tidak, beliau meninggalkannya tanpa mencelanya (HR. Bukhari, no. 5409 dan dan Muslim no. 2064). Sikap ini menunjukkan bahwa jika seseorang tidak menyukai suatu makanan, sebaiknya diberikan kepada orang lain yang membutuhkan, bukan dibuang begitu saja.
Salah satu dampak negatif dari pemborosan makanan adalah hilangnya keberkahan dalam rezeki. Makanan yang dibuang menunjukkan kurangnya rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda Jika suapan salah seorang dari kalian jatuh, hendaklah ia membersihkannya dari kotoran lalu memakannya, dan jangan dibiarkan untuk setan.” (HR. Muslim, no. 2033).
Hadis ini mengajarkan bahwa bahkan makanan yang jatuh masih memiliki nilai dan tidak boleh dibuang begitu saja. Prinsip ini mengajarkan kita untuk selalu menghargai makanan sekecil apa pun, karena di dalamnya terdapat berkah yang Allah berikan.
Selain aspek spiritual, pemborosan makanan juga memiliki dampak sosial dan lingkungan yang besar. Ketika sebagian orang membuang makanan, di sisi lain banyak orang yang mengalami kelaparan. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa pemborosan makanan bukan hanya merugikan individu, tetapi juga merugikan masyarakat secara keseluruhan. Jika seseorang memiliki makanan berlebih, alangkah baiknya jika makanan tersebut disedekahkan kepada yang membutuhkan daripada dibiarkan rusak atau dibuang. Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya (HR At-Thabrani).
Islam juga mengajarkan kesederhanaan dalam makan. Rasulullah ﷺ bersabda Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan punggungnya. Jika ia harus makan lebih banyak, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napasnya (HR. Tirmidzi, no. 2380)
Hadis ini memberikan panduan praktis dalam pola makan agar tidak berlebihan. Dengan mengontrol porsi makanan, seseorang tidak hanya menghindari pemborosan tetapi juga menjaga kesehatannya.
Dari beberapa hal uraian di atas, dalam menghindari pemborosan makanan bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Pertama, mengambil makanan secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Kedua, menyimpan dan mengolah kembali makanan yang masih bisa dimanfaatkan. Ketiga, membiasakan berbagi makanan dengan orang lain, baik melalui sedekah atau berbagi dengan tetangga. Keempat, mengajarkan kesadaran akan pentingnya menghargai makanan sejak dini kepada anak-anak agar mereka tumbuh dengan kebiasaan yang baik dalam mengelola makanan.
Menghindari pemborosan makanan bukan hanya soal kepatuhan terhadap ajaran agama, tetapi juga bagian dari tanggung jawab moral dan sosial kita sebagai manusia. Dengan mengelola makanan dengan bijak, kita tidak hanya menjaga keberkahan dalam hidup tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Semoga kita semua dapat menjadi hamba yang senantiasa bersyukur dan menghargai setiap rezeki yang diberikan Allah. (Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc, Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri/FTI, Universitas Islam Indonesia/UII Yogyakarta)
Tulisan sudah dimuat di rubrik Opini Kedaulatan Rakyat pada tanggal 11 Maret 2025
Imam Djati Widodo
Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UII. Bidang riset pada ilmu operasional